"Perjuangan saya menghafal al-Qur'an 30 juz belumlah usai, meski secara target tercapai, " Demikianlah tekat yang diutarakan oleh Farah, mahasiswi program Markazul Qur'an Wal Lughoh (MQL).
Ia pun mengutarakan nasehat salah seorang gurunya, yang menjadi latar tekatnya itu
"Kualitas hafalan itu bukan di tentukan ketika kita selesai hafalan 30 juz, akan tetapi kualitas hafalan itu akan di tentukan sampai akhir hidup kita. kuncinya itu tetap istiqomah dalam muraja'ah seumur hidup kita, sesibuk apapun kita, sempatkanlah untuk tetap menghafal Al qur'an, dan jangan jadikan Al-Qur'an itu sebagai beban bagi kita" jelas Farah, menirukan pesan guru tahfidznya.
Inilah yang memotivasi Farah Awwaliyah atau biasa dipanggil Farah, ia adalah putri pertama dari pasangan Bapak Furqon Munir dan Ibu Helliyatun dan menuntut ilmu di Kota Surabaya, Pondok Pesantren Hidayatullah mitra sinergi Roumah Wakaf. Sejak Farah masih duduk dibangku SD ia mengikuti sekolah agama. Dan giat ketika ada pelajaran Al-Qur’an dan tak hanya belajar di sekolah saja bahkan di rumah pun ia terus berlatih membaca Al-Qur’an supaya bacaannya lebih lancar, setiap selesai sholat magrib ia juga selalu ikut membaca Al-Qur’an dan minta diajarkan oleh keluarganya.
Kesehariannya yang tak pernah lepas dari belajar membaca Al-Qur’an namun ia tak pernah mengeluh, sekalipun tumbuh rasa malas pada dirinya akan tetapi ia sangat bersikeras untuk menghilangkan rasa malasnya. Dukungan dari kedua orang tua, dan gurunya yang tak pernah padam membuatnya semakin semangat untuk terus melancarkan bacaan Al-Qur’annya. Hingga pada akhirnya sedikit demi sedikit ia mulai lancar membaca Al-Qur’an dan disamping itu ia juga mulai belajar menghafal.
Diusianya yang masih belia ia lebih memilih untuk banyak belajar membaca dan menghafalkan Al-Qur’an, sementara teman-teman seusianya diluar sana mungkin lebih memilih untuk bermain. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua Farah sangatlah disiplin dan teratur, ada waktunya kapan ia boleh bermain dan kapan waktunya ia harus belajar.
Membaca dan menghafal Al-Qur’an kini menjadi cita-citainya karena ia sangat ingin menjadi seorang penghafal Al-Qur’an 30 Juz maka dari itu ia memutuskan untuk masuk ke STAI Luqman Al Hakim Program MQL pondok pesantren Hidayatullah setelah lulus dari SMA. Selain kemauan sendiri ia juga termotivasi dan meminta kepada orang tuanya agar diizinkan untuk masuk ke pondok pesantren dan orang tuanya pun menyetujui dan mendukungnya, orang tuanya sangat bangga karena antusias anaknya yang ingin masuk ke pondok pesantren.
“Motivasi saya dalam menghafal Al Qur'an itu yang pertama, ingin menjadi keluarga Allah dan ingin mencari ridho Allah. Kedua, ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi ummat muslim di dunia ini, karena ketika kita mengajarkan ilmu kepada orang lain hal tersebut akan menjadi amal jariyah bagi kita ketika kita sudah meninggal. ketiga, karena saya suka menghafal dari kecil dan saya merasa mampu dalam menghafal Al Qur'an dan yang terakhir saya ingin membahagiakan orang tua dan mewujudkan impian beliau” ungkap alumnus Prodi PGMI STAI Luqman Al Hakim Surabaya.
Tahun berganti tahun perjuangan dan pengorbanan Farah untuk menjadi seorang penghafal Al-Qur’an sangat tidak mudah baginya, banyak waktu, tenaga dan pikiran yang harus ia korbankan. Pagi, siang hingga malam ia tak pernah berhenti untuk terus menghafalkan Al-Qur’an, waktu istirahat pun hanya digunakan untuk sholat, berdoa, mengaji bahkan tidur pun hanya sebentar. Rasa lelah yang ia rasakan dan membuatnya selalu ingin mengeluh, akan tetapi ia ingat lagi tujuan awal masuk ke pondok pesantren demi tercapainya sebuah cita-cita untuk menjadi penghafal Al-Qur’an dan ia pun harus pantang menyerah.
Tidak peduli seberapa besar pengorbanan dan perjuangan kita dalam menghafal Al-Qur’an, kita akan mendapatkan pahala dan keuntungan di dunia dan akhirat. Karena Al-Qur’an bukan sesuatu yang kecil, kebaikan dan pahala tersebut pasti besar. Setelah empat tahun menimba ilmu dan menghafalkan Al-Qur’an, inilah momen yang paling ditunggu-tunggu yaitu acara wisuda tahfidz 30 Juz yang selalu diadakan setiap tahun sebagai acara simbolis yang menandakan bahwa seseorang telah mengkhatamkan hafalan Al-Qur’an 30 Juz bahkan ia menjadi salah satu wisudawati terbaik dalam bidang al-Qur’an pada tanggal 07 September 2024 setelah ia terhasil menyetorkan hafalannya pada bulan juni 2024.
Akhirnya ia bisa melewati semuanya sampai dititik ini dan ia telah menyelesaikan seluruh hafalannya. Rasa syukur atas perjuangan dan pengorbanan atas cita-citanya yang kini sudah tercapai, dan Farah berharap semoga ia dapat menjaga hafalannya dan semoga di akhirat kelak ia bisa memberikan mahkota dan jubah kemuliaan untuk kedua orang tuanya.
Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam bersabda ”Barangsiapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya dan mengamalkannya kelak di hari kiamat dikenakan mahkota dari cahaya yang sinar kemilaunya seperti cahaya matahari. Dan bagi kedua orang tuanya masing-masing dikenakan untuknya dua pakaian kebesaran yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Maka Kedua orang tuanya bertanya: ’Mengapa kami diberi pakaian kemuliaan seperti ini?’ Dijawab: ’Karena anak kalian berdua belajar dan menghafal Al Qur’an” (Mustadrak Al Hakim 1/568. Dihasankan Al Albani dalam As Shahihah no.2914).
Alhamdulillah, tercapailah sudah cita-cita Farah, kini ia sudah menjadi seorang hafidzah Qur’an 30 Juz. Namun ia memberikan harapan besar kepada pengelola Pesantren utamanya kepada Roumah Wakaf untuk menuntaskan pembangunan asrama Tahfidznya agar santriwati lainnya dapat merasakan kenyaman dalam menghafal al qur’an sehingga tercapai cita cita besarnya.
“Harapan saya terkait asrama sekarang untuk kedepannya, untuk lebih kondusif tempatnya supaya asrama ini bisa cepat selesai sehingga bisa menambah semangat teman-teman dalam menghafal Al-Qur'an” ungkap salah satu penerima manfaat asrama tahfidz putri Roumah Wakaf. Semoga kisah perjalanan hidupnya bisa dijadikan teladan dan motivasi untuk anak-anak muda seusianya.*Qaulan Tsaqila
Category: Kabar Roumah