
Mengatakan sesuatu yang baik atau memilih diam. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)
Begitu dalamnya arti ucapan dan peranannya bagi manusia, sehingga Baginda Nabi Muhammad menjadikan berucap baik sebagai ciri seorang mukmin. Ucapan seringkali dimaknai sebagai cermin muru'ah seseorang. Ucapan kasar adalah cermin kepribadian yang kasar pula, begitulah sebaliknya.
Karena ucapan adalah indikasi terhadap kepribadian (khuluqiyah) seseorang, erat kaitan ucapan sebagai kenyataan dengan akhlak atau kepribadian yang tersembunyi, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ
"Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)."
(QS. Qaf 50: Ayat 18)
Hadits di atas juga diriwayatkan oleh Muslim, no. 64, dengan lafal,
إِنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيِّ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرً قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Siapakah orang muslim yang paling baik?’ Beliau menjawab, ‘Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya.’”
Untuk menghindari salah guna ucapan di dalam kehidupan bersama, Nabi memberikan alternatif bijak yaitu diam. Diam merupakan usaha yang paling minimal dari manusia tanpa menguras tenaga dan mengorbankan materi, bahkan tanpa pemikiran mendalam. Artinya, semua orang dapat melakukan diam tanpa terkecuali.
Petuah tentang diam ini punya tempat spesial dalam wacana etika Islam. Di dalam literatur akhlak-tasawwuf, diam dibahas dalam bab khusus fadhilatus shamti (keistimewaan diam) sebagai salah satu keutamaan seseorang. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?" (QS. As-Saff 61: Ayat 2)
Islam tidak menyukai omongan yang kosong dan sangat mencela ucapan yang menyebabkan bencana karena lisan seperti ghibah, fitnah, adu domba (namimah), dan kabar bohong. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ جَآءَكُمْ فَا سِقٌ بِۢنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْۤا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا بِۢجَهَا لَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 6).
Islam dengan demikian hanya menganjurkan berucap perkataan baik yang bisa menumbuhkan kasih sayang sesama manusia, pembelajaran iman, pelurusan kemungkaran, serta saling menasihati atau taushiyah. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَا صَوْا بِا لْحَقِّ ۙ وَتَوَا صَوْا بِا لصَّبْرِ
"kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (QS. Al-'Asr 103: Ayat 3)
Saling menasihati ini merupakan kewajiban agama, diperkuat dengan hadis Nabi, ''ad-dinu nasihah,'' agama adalah nasihat._
Dalam konteks ucapan ini, nasihat menjadi sangat penting. Bagi orang yang berucap, nasihat diperlukan agar ucapannya tidak menebarkan kebencian dan menyakitkan lawan bicara. Sedangkan bagi yang menerima perkataan itu, arti penting nasihat agar ia tidak terluka jika mungkin terdapat ucapan yang mengakibatkan luka hatinya. Kehati-hatian berucap adalah kunci utama agar terhindar dari akibat negatif. Sebab, ucapan, seperti dalam pepatah Arab, lebih tajam daripada jarum. Luka oleh ucapan akan terasa lebih menghujam dan berbekas di dalam hati. Ucapan dapat menembus apa-apa yang tidak mungkin ditembus jarum, ''Al-kalamu yan fudzu ma la tanfudzuhu al-ibaru.''
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
Jazakumullah
Sumber WAG
Category: Hikmah